Kasus Korupsi…. Hilang

Sebelumnya, saya mau ngasih disclaimer kalau konten ini merupakan bagian dari agenda Knowledge Sharing rumah kepemimpinan.

Kalo ngomongin korupsi, rasanya bahasan ini gabakal selesai-selesai. Kita semua pengen tingkat korupsi di pemerintahan berkurang, atau mungkin hilang kalau bisa. Tapi ternyata aga susah ngomongin korupsi pemerintah kalo kita udah ngeliat kondisi lain di masyarakat.

Mungkin kita semua ngerasain lah ya, gimana susahnya bikin ktp atau sim. kadang-kadang aga hopeless juga sih kalo mau mikir secara fair tentang berapa lama kira-kira korupsi di negara ini bakal rendah.

Ngomong-ngomong soal korupsi, secara ga sadar mungkin kita pernah ngelakuinnya juga sih, mungkin ga secara langsung merugikan negara, tapi ya tetep aja korupsi wkwk. Kaya kadang-kadang kita skip kuliah ato ga ngelakuin kewajiban kita sebagai mahasiswa, bisa dibilang kita nyalahgunain duit negara ga sih, kan uang ukt kita udah disubsidi pemerintah, kecuali mungkin, kalo dia bayar ukt full ato di swasta. Tapi ini skala kecil banget, gaada apa-apanya lah sama yang terang-terangan menyalahgunakan beneran.

Begitu juga yang saya pikirin soal korupsi, sampe pada suatu kesempatan pas bisa ketemu sharing sama Pak Bambang Priantono soal korupsi, sebenernya saya ga dateng karna ada urusan lain, jadi saya mendapat penjelasan materinya melalui seorang teman, beliau bilang bahwa “Dalam integritas, tidak ada hal kecil, semua adalah besar”. Disini langsung kerasa banget bahwa kadang kita menyepelekan sesuatu, itu terlalu kecil lah, ga ngerugiin lah, ga secara langsung lah.

Tapi coba kita bayangin apa yang ada di pikiran para koruptor pas mereka mau ngeprofitin proyek buat mereka sendiri, mereka biasanya punya pembenaran atas setiap tindakan-tindakan mereka. Atau at least itu yang dibilang Mark Manson di buku “The Subtle Art of Not Giving a F*ck”, dia mengutip dari sumber lain bahwa kalo dari penelitian pakar kriminologi, para orang jahat itu ga berpikir kalo mereka itu jahat, karena mereka punya suatu hal yang mendasari setiap tindakan kita. Ya simpelnya bisa kita liat di villain film superhero marvel yang selalu punya motivasi yang “bisa dipahami”. Loki yang pengen mendapat pengakuan di mata ayahnya dan asgard, Thanos yang pengen menyeimbangkan sumberdaya alam semesta, bahkan penjahat terklasik yang pengen cuma dapet kekuasaan, punya alesan khusus kenapa dia menganggap yang dia lakuin itu benar.

Makanya itu gaes, kita selalu perlu hati-hati. Gaada yang tahu kita bakal jadi kaya gimana, apakah saya ga mungkin jadi koruptor? apakah anda kalau mendapat kesempatan beli Tesla model terbaru tanpa menyentuh dana belanja bulanan bakal bisa semudah itu menolak?. Kita bisa aja bilang kita gabakal, bikin komitmen lah, dan lain lain. Tapi ya, berapa banyak sih kita liat orang di kehidupan kita berubah 180 derajat.

Padahal dari apa yang disampein Pak Bambang, keridhoan Allah swt. adalah seusatu yang utama dan perlu bagi kita untuk selalu memberikan manfaat kepada orang lain. Bukan yang mengambil hak orang lain atau merugikan pihak lain. Karena pada dasarnya, rezeki udah diatur. Jangan sampe kita menjadikan kesempatan emas yang kotor ini buat jadi pelarian dari masalah finansial kita.

Kalau kita gapengen teradiksi nonton netflix atau scroll ig berjam-jam, kita harus mastiin kalo ada masalah atau bosen, pelarian kita bukan kesitu. Harusnya gabeda jauh sama korupsi, kalo kita gapengen mengambil hak orang lain, ya kita harus punya alternatif lain buat memenuhi kebutuhan kita. Mungkin salah satunya kebebasan finansial lah ya, yang lagi banyak diomongin orang-orang. Atau mindset finansial yang bagus, yang kalo kata Bussiness Insider tu “People who are good with money”.

Akhir kata, proses adalah bagian dari perjalanan kita, mungkin kita gapunya kendali penuh atas apa yang terjadi di masa mendatang, tapi yang pasti kita selalu bisa menyiapkan kondisi yang kita butuhkan buat mencapai apa yang kita mau. Selamat berusaha, selamat berencana, dan terakhir, jangan lupa bersenang-senang.

#RumahKepemimpinan #KnowledgeSharing