Medium Quarantine, apakah produktivitas benar-benar sepenting kelihatannya ?

Haidar Harits
4 min readJun 17, 2020

Setiap orang memiliki batas produktivitasnya masing-masing. Apalagi pas pandemi sekarang, orang-orang mulai mencoba melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Dan jujur saja, tidak semua hal baru yang mereka lakukan itu produktif, termasuk yang gua lakuin tentunya.

Mungkin karena sebagian besar kegiatan yang dianggap produktif itu, pada dasarnya, tidak terlalu produktif. Seperti contohnya menulis buku, tentu itu produktif, menghasilkan suatu hal yang merupakan sebuah jejak bahwa kita pernah ada, seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”. Tapi coba kalian pikir, berapa banyak penulis dari zaman dulu yang terkenal hingga sekarang? Seberapa banyak yang kalian ingat? Berapa yang karyanya masih dibaca? atau mungkin masih ada?. Gua yakin kalo dibikin perbandingannya, jauh banget antara karya yang pernah ada dan yang masih bertahan. Jangankan zaman dulu, Buku zaman sekarang juga berapa sih yang berhasil famous dari sekian banyak yang ditulis. Buku-buku yang kurang laku di gramedia dan berakhir di penjualan diskon pasti lebih banyak dibanding yang best seller, itu pun kalo berhasil masuk gramedia, gimana dengan yang ga berhasil masuk gramedia?, pastinya lebih banyak. Makanya ga heran kalo banyak penulis yang bilang jadi penulis itu tidak mudah, bahkan ada penulis yang ga mau keturunannya jadi penulis. Dan pastinya lebih wajar lagi, kenapa “menulis buku” bukan menjadi pilihan orang-orang selama karantina buat mengisi waktu luang. Daripada melakukan sesuatu yang belum tentu produktif dan gagal menjadi produktif, mending melakukan yang tidak produktif sekalian, prinsip yang cukup make sense. Prinsip yang cukup umum juga sepertinya, mengingat lebih banyak orang yang main game, nonton netflix, jadi semut di sebuah grup facebook, atau main TikTok dibanding yang menulis atau berkebun.

Kita semua mungkin pernah mendengar kisah Isaac Newton yang menemukan hukum gravitasi pas lagi pandemi di masanya. Kisah ini terlalu diglorifikasi menurut gua. Apalagi banyak sekali yang menyebarkannya di awal-awal outbreak korona. Pada dasarnya kisah ini mirip-mirip kisah Steve Jobs atau Bill Gates, bagus untuk dijadikan inspirasi, tapi tidak mungkin diduplikasi. Peluangnya kecil banget buat bisa menciptakan sesuatu yang besar dan berhasil. Kalo kata pengamat start up terlalu banyak faktor eksternal yang gabisa diperhitungkan. Peluang gagalnya jauh lebih besar dibanding berhasil ( bahkan presentase kegagalan start up mencapai 90 persen ). Makanya seproduktif-produktifnya orang saat ini, kebanyakan kegiatan produktif yang dilakukan kalau bukan yang mengasah skill atau hobi ya biar otak tetap bekerja, bukan nyoba bikin start up atau menemukan hukum fisika. Masih produktif juga sih ujung-ujungnya. Mengingat prinsip sebelumnya, jika melakukan yang tidak produktif itu wajar, berarti seharusnya lebih wajar lagi buat mencoba produktif. ya mencoba aja, siapa tau berhasil. Bedanya sama yang ga produktif biasanya kegiatan mencoba produktif itu less fun dan membutuhkan effort lebih ( alasan lain kenapa lebih enak buat ga produktif ). Seperti contohnya menulis di Medium, gua gatau apakah ini bakal berguna buat gua kedepannya, apakah gua bakal masih menulis setelah pandemi selesai, tapi gaada salahnya lah buat dicoba. Setidaknya ada kenang-kenangan dari masa karantina selain akun PUBG yang rank nya pernah tinggi.

Satu hal yang gua pelajari sekarang adalah ternyata waktu luang yang terlalu banyak bisa membosankan kalo ga produktif. Mungkin karena tahun ini gua baru jadi maba dan terlalu produktif di kampus ( lebih tepatnya terpaksa produktif ) dan tiba-tiba semua kesibukan gua “hilang” karena sebuah virus. Ternyata kalo orang udah terbiasa produktif, dia bakal bosen kalo ga produktif dalam jangka waktu yang lama. Pantesan ada orang yang kayaknya ga bosen-bosen ikut berbagai macam seminar dan jadi ketua dimana-mana, hampir gapernah istirahat dan dia ga merasa menderita, malah kelihatan bahagia. Jadi pada akhirnya, ada gunanya juga menulis buku atau apapun itu. Harapannya bukan biar sukses dalam bidang itu, tapi biar terbiasa produktif. Berguna juga ya ternyata.

Saran buat yang mau mencoba bener-bener produktif, mungkin bisa dengan mengasah skill-skill yang paling dicari perusahaan saat ini. Buat mempermudah kehidupan kita nantinya atau paling enggak biar kita ga merasa bersalah karena udah buang-buang waktu. Contohnya seperti yang dibawah ini.

( Sumber : indozone ) Ini tahun 2019. Susah nyari yang 2020, mungkin tahun depan baru keluar.

Gambar diatas hanya contoh. Masih banyak pastinya skill yang bisa dicoba. Mendalami jurusan kita masing-masing misalnya. Walaupun nanti akan banyak faktor lain yang bisa lebih berpengaruh dalam kesuksesan dibanding skill, seperti keberuntungan dan orang dalam ( maaf, maksud gua relasi ).

Sekian konten medium pertama gua, terima kasih telah membaca. Silahkan dilaik komen dan subskraib, eh maksudnya claps, komen, dan follow. cheers, mate.

--

--